Rusia Tak Punya Niat Bermusuhan dengan Finlandia dan Swedia

MOSKOW, - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko, pada Sabtu (14/5) menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki niat untuk bermusuhan dengan Finlandia atau Swedia.

'Semua ini (rencana Swedia-Finlandia bergabung dengan NATO) cocok dengan 'pencarian musuh' yang terlalu umum, yang memerlukan, dalam pengertian politik [dan] militer praktis, demonisasi Rusia, yang menganggap [Rusia] memiliki niat bermusuhan terhadap beberapa negara, sementara Rusia sama sekali tidak dapat dicurigai memiliki niat seperti itu," kata diplomat itu kepada wartawan, dikutip Sputniknews.

Ia mengakui bahwa Moskow memiliki beberapa pertanyaan mengenai masa depan status non-nuklir Finlandia dan Swedia, karena dengan bergabung dengan NATO, mereka akan secara efektif meninggalkan status non-nuklir itu.

"Sudah diketahui dengan baik bahwa Finlandia dan Swedia termasuk di antara negara-negara yang paling aktif menganjurkan larangan dan penghancuran total senjata nuklir dunia. Tetapi aliansi itu telah menyatakan dirinya sebagai kekuatan nuklir, mengatakan akan tetap ada nuklir selama ada senjata nuklir di dunia. Negara-negara ini akan berpartisipasi dalam Kelompok Perencanaan Nuklir NATO," imbuhnya.

Grushko menyatakan bahwa jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO, Rusia harus menanggapi perubahan lanskap keamanan ini, tetapi ia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan membuat keputusan dengan emosional.

"Keputusan ini tidak akan emosional, ini akan menjadi analisis yang cermat dan akurat dari semua faktor yang memengaruhi situasi keamanan di wilayah negara ini," lanjutnya.

Wakil menteri luar negeri juga mencatat bahwa keputusan untuk bergabung menjadi anggota NATO tidak memenuhi kepentingan nasional kedua negara, baik Swedia atau Finlandia, serta tidak akan kondusif bagi arsitektur keamanan Eropa yang berkelanjutan.

"Langkah ini akan secara efektif mengarah pada militerisasi (Eropa)Utara yang, hingga saat ini, merupakan wilayah paling stabil secara militer di Eropa, yang lebih menyukai kerja sama daripada persaingan di bidang militer," tambahnya.

“Kami melihat bahwa apa yang disebut negara-negara garis depan yang baru-baru ini bergabung dengan aliansi adalah yang sedang menempuh jalur politik paling agresif melawan Rusia. Dan merekalah yang menuntut agar perbatasan dengan Rusia menjadi perbatasan konfrontasi militer," kata Grushko.



sumber: www.jitunews.com